Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

RSS

CHIKUNGUNYA

CHIKUNGUNYA

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat banyak sekitar 340 juta jiwa yang diasumsikan bahwa setiap tahun akan mengalami peningkatan sebesar 1.49% menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012. Namun, pertambahan penduduk yang cukup signifikan ini tidak disertai dengan pembangunan manusia serta lingkungan yang baik, sehingga banyak permasahan yang timbul diantaranya ialah kesenjangan ekonomi. Dampak dari kesenjangan ekonomi ialah munculnya berbagai permasalahan kesehatan pada masyarakat miskin dengan sanitasi yang buruk. Salah satunya ialah demam chikungunya.
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melaluinyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Namachikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyerisendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).
Oleh karena itu, dengan adanya permasalahan-permasalahan yang muncul maka penulis membuat makalah ini secara maksimal dengan harapan mampu menambah pengetahuan penulis serta pembaca tentang demam chikungunya serta pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah konsep penyebab serta elemen demam chikungunya?
2.      Bagaimanakah pencegahan demam chikungunya?
3.      Apa saja program pemerintah yang telah dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan masalah demam chikungunya di Indonesia?

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui konsep penyebab serta elemen demam chikungunya.
2.      Untuk mengetahui pencegahan demam chikungunya.
3.      Untuk mengetahui program Pemerintah yang telah dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan masalah demam chikungunya di Indonesia.

1.4  Manfaat

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Bagi pemerintah membantu dalam pembuatan program dalam rangka menyelesaikan masalah penyakit menular terutama demam chikungunyadi Indonesia.
2.      Bagi teknisi kesehatan mampu mengetahui dan melakukan upaya-upaya pencegahan serta pengobatan demam chikungunya.
3.      Bagi masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan sedini mungkin terhadap demam chikungunya.
4.      Bagi mahasiswa mampu menumbuhkan kepekaan dan kepedulian terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya pada demam chikungunya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Penyakit Kolera

Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).

2.2 Etiologi Kolera

Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kamath, S., Das, A.K.,  and Parikh, F.S., 2006).
CHIKV sebagai penyebab Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primate di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan diantarasatwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Hendarwanto,1996).
Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah berkemungkinan bisa terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa ditularkan malalui ASI (Staples, J.E., Fischer, M. and  Powers, A. M , 2009).


2.3 Tanda dan Gejala

a.       Demam
Pada fase akut selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik). Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (conjunctival injection).
b.      Sakit persendian
Nyeri persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid, terutama di sendi – sendi pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan.
Gambar 4.2. Pembengkakan persendian
Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis.
c.       Nyeri otot
Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang - kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki.
d.      Bercak kemerahan (rash) pada kulit
Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4 - 5 demam. Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan, dan kaki.
e.       Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.
f.       Manifestasi perdarahan
Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan penyakit walaupun pernah dilaporkan di India terjadi perdarahan gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi.








g.      Gejala lain : Gejala lain yang kadang-kadang dapat timbul adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan pembesaran kelenjar getah bening.

2.4 Cara Penularan

Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes SPP Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.












2.5 Pengobatan

Masa inkubasi 2 – 4 hari dan manifestasi penyakit berlangsung 3 – 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Jadi, usahakan jangan panik jika anggota keluarga mengalami penyakit ini karena tidak sampai menimbulkan kematian. Tapi rasa nyeri masih akan tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Dan harus waspada pada anak yang punya riwayat kejang demam.
Tidak ada vaksin atau obat khusus untuk penyakit ini . Cukup minum obat penurun panas dan penghilang nyeri serta istirahat dan asupan makan dan minum bergizi yang cukup. Untuk anak berikan obat penurun panas dan kompres untuk antisipasi demam tinggi yang mengakibatkan kejang demam. Dokter biasanya memberikan golongan obat penurun panas / flu dan analgesik serta vitamin penguat daya tahan tubuh. Perbanyak air putih, asupan karbohidrat dan protein, makan buah -buahan segar terutama setelah melewati lima hari demam untuk memulihkan kondisi seperti semula.
Bagi kita yang tinggal di Indonesia, khasiat air kelapa sebenarnya telah lama dikenali oleh masyarakat dapat digunakan untuk pengobatan demam chikungunya walaupun khasiat tersebut baru belakangan ini diketahui. Walaupun air kelapa tidak menyembuhkan penyakit, tetapi air kelapa dapat membantu pasien sembuh lebih cepat. Ahli sains alam Dilip Kumar dan Jagdev Singh, presiden Malaysian Dietary Supplement, mengatakan bahwa air kelapa baik untuk beberapa penyakit seperti kolera, disentri dan tifoid. Lebih lanjut Jadgev Singh mengatakan air kelapa sangat membantu bagi mereka yagn mengalami demam chikungunya karena sangat baik dalam mendetoksifikasi hati, sebuah organ yang membantu mengendalikan suhu tubuh. Dia mengatakan virus penyebab penyakit ini berkembang dalam hati selama periode waktu tertentu. Karena hati ini merupakan organ yang dapat mengambil manfaat dari air kelapa, maka virus yang ada di dalamnya akan tertekan dengan adanya air kelapa ini.
Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit ini. Juga belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas/kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala yang ada saja (symptomatik therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual / muntah, maupun analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.

2.6 Pencegahan

Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah dengan menghindari/membasmi nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Serangga yang bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap.
Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. lnsektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan (fogging), bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Penyakit chikungunya ini berkait dengan kesehatan lingkungan. Kesadaran menciptakan lingkungan yang bersih menjadi keharusan tiap orang. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.
Berdasarkan pengalaman selama ini, penyakit chikungunya ini sulit menyerang penderita yang sama. Tubuh penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi mereka untuk kena lagi.
Pencegahan Chikungunya ditekankan pada usaha terus-menerus, berkesinambungan, community based, integrated mosquito control, tidak boleh terlalu mengandalkan insektisida baik untuk jentik nyamuk maupun nyamuk dewasa (chemical larvicide atau adulticide). Pencegahan wabah penyakit memerlukan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dalam usaha meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Chikungunya, serta bagaimana mengenali penyakit dan bagaimana mengendalikan nyamuk yang dapat menularkan/menyebarkan penyakit.




BAB III
PEMBAHASAN


3.1.   Konsep Penyebab Penyakit dan Elemen Penyakit

a.       Agent
Adalah penyebab utama untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran penyakit Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
b.      Host
Host dalam penyakit Chikungunya iniadalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit Chikungunya. Dalam penularan penyakit Chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebarluasan Chikungunya dari suatu tempat ke tempat lain.
c.       Enviromental
Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar sekitar rumah. Nyamuk A. aegypti tidak berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Biasanya nyamuk A. aegypti meletakkan telurnya di tempat penampungan air bersih. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk A. aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut:
1.      Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum, tengki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.
2.      Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
a)      Tempat minum hewan piaraan
Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat–tempat minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun di luar rumah, misalnya: tempat minum burung, tempat minum ayam, dan hewan piaraan yang lain.
b)      Barang – barang bekas
Barang–barang bekas yang dimaksud adalah barang–barang yang sudah tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam maupun di luar rumah responden. Barang – barang tersebut antara lain: kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.
c)      Vas bunga
Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk A. aegypti berkembangbiak di dalam vas bunga tersebut.
d)     Perangkap semut
Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut yang berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah semut–semut naik keatas meja yang berisi makanan yang terletak di dalam rumah responden.
e)      Penampungan air dispenser
Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak dibawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.
f)       Pot tanaman air
Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot – pot berisi air yang digunakan sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di luar rumah responden.
3.      Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

3.2 Level Pencegahan Penyakit

1.    Pencegahan Primordial
a.    Peningkatan kesehatan
Rutin melakukan aktivitas fisik (seperti berolahraga) sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh meningkat seiring meningkatnya jumlah sel darah putih untuk melawan segala bentuk penyakit.
b.    Pemenuhan gizi
Salah satu anjuran untuk mencegah tertularnya chikungunya  adalah makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minumair putih secara rutin. Konsumsi buah-buahan segar atau vitamin bermanfaat untuk menghadapi kondisi tubuh yang menurun setelah beraktivitas berat. Dengan demikian, pemenuhan gizi harus dilakukan dengan baik sehingga fungsi imunitas berjalan optimal dan tercegah dari penularan penyakit demam chikungunya (Dedi, dkk, 2012).

2.    Pencegahan Primer
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu. Pencegahan dapat dilakukan dengan kegiatan promosi kesehan dan perlindungan khusus. Promosi kesehatan antara lain:
a.    Pencegahan gigitan nyamuk
Ini bisa dilakukan dengan pemasangan kelambu, penggunaan kasa anti nyamuk, dan pemakaian obat nyamuk oles, bakar, atau semprot. Bardasarkan laporan penelitian , tidur siang berhubungan dengan gigitan nyamuk eades aegypti, sehingga pemakaian baju lengan panjang pada saat tidur siang merupakan upya perlindungan yang penting.
b.    Pemberantasan jentik
Istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebenarnya kurang tepat karena nyamuk beristirahat disemak-semak, gantungan baju bekas pakai, gorden, dan tempat sejuk dan lembap lainnya. Nyamuk aedes sp. Akan bertelur dipermukaan air yang  jernih, seperti tempat penampungan air, vas atau pot bunga, air buangan dispenser, penampungan air AC, dan tempat minum burung.
Pemberantasan jentik dibagi menjadi 3 cara, yaitu:
·       Fisik, dengan 3M plus
·       Biologi, dengan menebar ikan pemakan jentik ditempat penampungan air.
·       Kimiawi, dengan pemberian larvasida (pembasmi larva) berupa:
1)   Temephosyang berbentuk granul, dosis 1 ppm atau 10 gram (kurang lebih 1 sendok makan) untuk 100 liter air yang diberikan setiap 3 bulan.
2)   InsectGrowthRegulator,sepertimethroprenedanphyriproxipheneyangbisamenjagajentiksampai3-6bulan.

c.    Pemberantasan nyamuk
Ini dilakukan untuk memutus rantai penularan dengan penyemprotan (fogging) massal menggunakan insektisida cair 2 kali dengan selang waktu 1 minggu  (Widoyono, 2011).
Pencegahan primer pada infeksi chikungunya yaitu dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.
Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap didinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Sanitasi lingkungan yaitu pada halaman atau kebun disekitar rumah yang harus bersih dari benda-benda yang menungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan, selain itu pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat (Anies, 2006).
3.    Pencegahan sekunder
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang akan menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) (Nur, 2006). pencegahan ini meliputi:
a.    Diagnosis dini
Diagnosis dini dengan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan bahan darah vena 5 cc pada fase akut (utama). Pada pemeriksaan hematologi rutin dapat dijumpai kadar hemoglobin yang normal, trombositopenia, leukopenia, atau leukositosis, relatif limfositosis pada hitung jenis dan peningkatan laju endap darah (LED). Pemeriksaan kimia klinis menunjukan fungsi hati yang bisa terganggu apabila terjadi hepatomegali yang ditandai dengan SGOT/SGPT dan bilirubin direk atau total yang meningkat.
Pemeriksaan serologi yang lebih pasti dilakukan dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), ELISA, hemaglutinase inhibisi (HI), Dan Immunofluorescent Assay (IFA) untuk mendeteksi antibodi antibodi IgM dan IgG atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk memeriksa materi genetik virus (WHO, 2008).
b.    Pengobatan
Karena belum ada vaksin atau obat untuk virus chikungunya, maka pengobatan diarahkan terutama pada menghilangkan gejala, termasuk nyeri sendi, pengobatan tersebut antara lain:
1)   Pengobatan analgetik
Obat antipiretik atau analgesik non-aspirin dan anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) diberikan untuk mengurangi demam dan rasa sakit pada persendian serta mencegah kejang.
2)   Infus
Infus diberikan apabila perlu, terutama bagi penderita yang malas minum. Ini berguna untuk menjaga keseimbangan cairan (widoyono, 2011).
4.    Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan ini adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu (Nur, 2006).
Pencegahan tersier pada penyakit ini dengan cara rehabilitasi atau pengobatan suportif yaitu istirahat tirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan, bersama dengan penambahan vitamin yang meningkatkan daya tahan tubuh. Penderita sebaiknya diberi minum yang cukup. Rehabilitasi dengan fisioterapi untuk nyeri sendi juga perlu dipertimbangkan (widoyono,2011).

3.3  Program Pemerintah

Demam Chikungunya dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952, penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang berpotensi KLB dengan penyebaran penyakit yang cepat. Sehingga dapat menimbulkan keresahan di masyarakat dan menyebabkan menurunnya produktivitas pada orang yang terjangkit. Sebagaimana kita ketahui bahwa vektor penular penyakit ini adalah nyamuk Aedes spp juga dan juga sebagai penular Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan penyakit endemis di Indonesia.Dengan demikian Demam Chikungunya ini sangat berpotensi menjangkiti suatu daerah dan bahkan bisa menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.Tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit Chikungunya yaitu Manusia,Virus dan vektor perantara. Adapun Program-program yang Pemerintah lakukan dalam program pencegahan serta pengobatan chikungunya di Indonesia ialah :
a.    Untuk Pencegahan Terhadap Chikungunya
1.    Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan promosi kesehatan dalam pengendalian Chikungunya yang dapat dilakukan meliputi:
1.        Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan adalah upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi pimpinan, pembuat/penentu kebijakan, keputusan dan penyandang dana dan pimpinan media massa agar proaktif dan mendukung berbagai kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan Chikungunya sesuai dengan bidang tugas dan keahlian masing-masing. Dengan metode lobby, pendekatan Informal, dan penggunaan media massa. Adapun hasil yang diharapkan antara lain :
·         Adanya dukungan politis, kebijakan/keputusan dan sumber daya (SDM, dana dan sumber daya lainnya) dalam pengendalian Demam Chikungunya
·         Terbentuknya forum komunikasi/komite/pokjanal yang ber-anggotakan lembaga pemerintah lintas program dan lintas sektor terkait, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, organisasi pemuda, organisasi profesi organisasi wanita, organisasi agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, pihak swasta dan dunia usaha untuk membahas dan memberi masukan dalam pengendalian Demam Chikungunya
2.        Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan penanggulangan Chikungunya. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/ idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengubah para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau dalam Penanggulangan Chikungunya, perlu dilakukan Bina Suasana dengan metode meliputi orientasi, pelatihan, kunjungan lapangan, jumpa pers, dialog terbuka/interaktif di berbagai media, lokakarya/seminar, penulisan artikel di media massa, khotbah di tempat peribadatan.Adapun Hasil yang ingin dicapai antara lain :
·            Adanya opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya pengendalian Chikungunya
·            Semua kelompok potensial di masyarakat ikut menyuarakan dan mendukung pengendalian Chikungunya
·            Adanya dukungan sumber daya (SDM, Dana, Sumber daya lain) dari kelompok potensial yang ada di masyarakat.
3.        Pemberdayaan Masyarakat
Adalah upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuannya sebagai aspek perubahan perilaku untuk mengenali/mendeteksi dini penyakit Chikungunya dan melakukan upaya pencegahan melalui Gerakan PSN yang terkoordinir. Dengan metode meliputi : promosi individu, promosi kelompok, promosi massa.
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk pengendalian Chikungunya secara mandiri. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif dalam pengendalian Chikungunya. Tujuan dari strategi pemberdayaan adalah meningkatkan peran serta Individu, keluarga dan masyarakat agar tahu, mampu dan mau, berperan serta dalam pengendalian Demam Chikungunya.Hasil yang diharapkan dari pemberdayaan masyarakat adalah :
·            Tumbuhnya kepedulian masyarakat dalam pengendalian Demam Chikungunya
·            Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengendalian Demam Chikungunya
Mengingat sampai saat ini belum ada obat dan vaksin terhadap penyakit ini, maka upaya pencegahan dititikberatkan pada pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan membasmi jentik nyamuk penular di sekitar tempat tinggal melalui gerakan PSN 3M Plus.
4.        Kemitraan melalui POKJANAL
Adalah percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya pengendalian Demam Chikungunya melalui semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain.
Hasil yang diharapkan antara lain adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.
Pelaku Kemitraan meliputi semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.

2.    Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran bagi PSN ini adalah semua tempat perkembang biakan nyamuk penular Chikungunya seperti:
-          Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
-          Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA).
-          Tempat penampungan air alamiah.
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan Chikungunya dapat dicegah atau dikurangi (Sunoto,1991).
3.    Pencegahan Secara Kimiawi (Larvasidasi)
Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida. Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana KLB mungkin timbul. Terdapat 2 jenis larvasidasi (insektisida) yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai untuk menampung air bersih (TPA) yakni:
-          Temephos 1%
Formulasi yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (1 sdm rata) untuk tiap 100 L air. Dosis ini telah terbukti efektif selama 8-12 minggu atau sekitar 2-3 bulan (Sunarto dkk, 2000).
-          Insect Growth Regulators (Pengatur Pertumbuhan Serangga)
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalang pertumbuhan nyamuk dimasa sebelum dewasa dengan menghambat proses chitin synthesis selama masa jentik berganti atau mengacaukan proses perubahan pupa menjadi nyamuk dewasa. Contoh IGRs adalah Methroprene dan Phyriproiphene. Secara umum IGRS akan memberikan efek ketahanan 3-6 bulan dengan dosis yang cukup rendah bila digunakan di dalam tempat penampungan air (Sunarto dkk, 2000).
Kegiatan larvasidasi bisa meliputi :
-          Larvasidasi Selektif
Larvasidasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA) baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di desa/kelurahan endemis dan sporadis serta penaburan bubuk larvasida pada TPA yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun (3 bulan sekali). Pelaksana larvasidasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas. Tujuan larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
-          Larvasidasi Massal
Larvasidasi massal adalah penaburan bubuk larvasida secara serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu di semua tempat penampungan air baik terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh bangunan termasuk rumah, kantor-kantor dan sekolah. Kegiatan larvasidasi massal ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB Chikungunya.
4.    Pencegahan Secara Biologi
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri.
Ikan yang biasa dipakai adalah ikan larvavorus (Gambusia affins, Poecilia reticulata dan ikan adu), sedang ikan bakteri yang dinilai efektif untuk pengendalian ini ada 2 spesies yakni bakteri Bacillus thuringiensis serotipe H-14(Bt.H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs) yang memproduksi endotoksin.
5.    Pencegahan Secara Fisik
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur) yaitu :
a.    Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b.    Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air , tempayan dan lain-lain (M2).
c.    Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).
b.   Untuk Pengobatan Chikungunya
Hingga kini masih tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik, anti inflamasi (Sudeep, A.B. and Parashar, D. 2008). Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya kronis (Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007). Penularan wabah chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat mengembangkan agen antivirus baru, RNAi yang bertindak mencegah infeksi yang ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional expression mRNA (Sudeep, A.B. and Parashar, D 2008 ).



BAB IV
PENUTUP


4.1.   Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
a.       Konsep penyebab serta elemen penyakit kolera diantara lain disebabkan oleh agent, host dan juga oleh lingkungan.
b.      Pencegahan penyakit ini ada 4 level:
-  Primordial
·      Peningkatan kesehatan
·      Pemenuhan gizi
-  Primer
·         Pencegahan gigitan nyamuk
·         Pemberantasan Jentik
·         Pemberantasan Nyamuk
-  Sekunder
·         Diagnosa dini
·         Pengobatan
-       Tersier :cara rehabilitasi atau pengobatan suportif yaitu istirahattirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan.
c.       Peran pemeritah dalam penyakit Chikungunya
-  Untuk pencegahan
·         Promosi esehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
·         Pemberantasan Sarang Nyamuk
·         Pencegahan secara Kimia
·         Pencegahan secara Biologi
·         Pencegahan secara Fisik
-  Untuk pengobatan

4.2 Saran

1.    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gejala dan atau tanda-tanda, penyebab serta penyebaran Chikungunya.
2.    Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
3.    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta.
Demam Chikungunya. (http://www.repository.usu.ac.iddiakses tanggal 16 Maret 2014 pukul 13.00 WIB )
Kementerian Kesehatan RI-Ditjen PP dan PL. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, Edisi 2 (https://www.pppl.depkes-download-cikungunya.go.id diakses tanggal 16 Maret 2014 Pukul 12.30 WIB). Jakarta : Bakti Husada
Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar EPIDEMIOLOGI Penyakit menular. Rineka Cipta: Jakarta.
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf
Suhendi, Dedi dkk. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan Lingkungan Terhadap Pencegahan Demam Chikungunya Pada Keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Jurnal Unpad 2012. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran: Bandung.
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.Erlangga: Jakarta.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya edisi keduaErlangga: Jakarta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar